Twitter pekan ini mengumumkan kemampuan barunya yang bisa menyensor
tweet di negara-negara tertentu. Sudah bisa ditebak, banyak pengguna
Twitter atau tweeps yang kecewa dan protes atas kebijakan ini.
Seperti diketahui, Twitter kerap diidentikkan dengan kebebasan
berbicara. Citra ini melekat terutama setelah pecahnya revolusi di
negara-negara Arab yang memanfaatkan Twitter dalam melakukan gelombang protes.
"Mulai sekarang, kami memiliki kemampuan menahan konten dari dan untuk
para pengguna di negara tertentu, namun tetap tidak mengabaikan
ketersediaannya bagi pengguna di negara lain," demikian pengumuman yang
disampaikan Twitter melalui blog resminya.
Wajar, kebijakan
baru Twitter menimbulkan kekhawatiran akan pengekangan kebebasan
berbicara, terutama di kalangan para aktivis. Ribuan tweeps bahkan
menyerukan aksi boikot sebagai bentuk protes.
"Dukung kebebasan
berpendapat dengan berpatisipasi pada hashtag #Twitterblackout," kata
salah satu tweeps sekaligus aktivis melalui akun Joshualyman, Sabtu
waktu Amerika Serikat (AS), dilansir Los Angeles Times, Minggu
(29/1/2012).
"Ada masanya dimana diam akan memiliki efek lebih
besar ketimbang berkicau. Saya ikut #TwitterBlackout dan menyerukan Anda
semua melakukan hal serupa. Sampai jumpa hari Minggu!," ujar tweep lain
dengan nama akun McGarrysGhost.
(Dilarang Mencopas tanpa seijin dan tanpa menyertai asal sumber artikel tersebut. Hak Cipta dilindungi oleh UU dan Allah SWT)
ttd
CTN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan Komentar, Saran, Kritik, Masukan atas Artikel diatas. ^_^
Dimohon untuk tidak mengunakan akun anonim.
No Spam please!
Assalamualaikum