Entertainment News atau disingkat (E-News), sebuah tema acara TV yang menyajikan berita-berita tentang kehidupan dan seluk beluk “selebriti & Publc Figure”, baik yang sudah tenar atau “dadakan”. Semakin tahun, jumlah acara E-News semakin banyak. Baik di TV swasta daerah ataupun nasional. Yang rata-rata membahas hal yang sama. Kehidupan para selebriti. Banyak berita-berita, isu dan gossip yang disiarkan di acara E-news. Baik yang pribadi atau umum.
Terkadang, bahkan terkadang
‘aib’ seorang selebriti dipublikasikan ke masyarakat. Dan itu justru berakibat
negatif bagi para selebriti. Contoh kasus Karena, membuat citra mereka buruk di
mata masyarakat. Dan terkadang beberapa kasus, wartawan yang berusaha meliput
kehidupan dan aktivitas mereka terlibat ‘konflik’. Dan akhirnya sang artis yang
harus terkena hukumannya karena memang UU yang berlaku seperti itu.
Memang sudah menjamur di
masyarakat. Bahwa, selebritas memang identik dengan gossip-gossip dan isu-isu
tentang kehidupan dan aktivitas mereka. Sebetulnya, itu disebabkan berita yang
disiarkan oleh acara-acara E-news. Sehingga tentu citra mereka terkadang buruk
di mata masyarakat.
Lalu, bagaimana pandangan
Islam terhadap acara E-news?
Anda tentu sudah tahum di
dalam Islam dilarang sekali bergossip atau menggunjing orang lain sehingga
orang yang dibicarakan marah. Firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Q,S. Al-Hujarat: 12).
Salah satu
alasan yang terkuat adalah dijelaskan dalam ayat di atas. E-News identik dengan
berita yang mengatakan tentang kesalahan dan gossip-gossip yang terkadang hanya
isu belaka tanpa ada bukti. Namun, dibesar-besarkan oleh producer acara
infotainment-infotainment itu denga menambahkan ‘bumbu-bumbu cerita’.
Tahukah anda bahwa itu juga
sama dengan fitnah? Dan bisa membunuh karakter seseorang yang di beritakan.
Jauh sejak jaman Rasulullah SAW. Sudah pernah terjadi hal yang demikian, yang
menimpa istri beliau, Aisyiah R.A. Yang kisahnya diriwayatkan oleh Aisyiah ra,
Istri nabi. Ia berkata :
“Apabila Rasulullah saw. hendak keluar dalam
suatu perjalanan selalu mengadakan undian di antara para istri beliau dan siapa
di antara mereka yang keluar undiannya, maka Rasulullah saw. akan berangkat
bersamanya. Aisyah berkata: Lalu Rasulullah saw. mengundi di antara kami untuk
menentukan siapa yang akan ikut dalam perang dan ternyata keluarlah undianku
sehingga aku pun berangkat bersama Rasulullah saw. Peristiwa itu terjadi
setelah diturunkan ayat hijab (Al-Ahzab ayat 53) di mana aku dibawa dalam
sekedup dan ditempatkan di sana selama perjalanan kami. Pada suatu malam ketika
Rasulullah saw. selesai berperang lalu pulang dan kami telah mendekati Madinah,
beliau memberikan aba-aba untuk berangkat. Aku pun segera bangkit setelah
mendengar mereka mengumumkan keberangkatan lalu berjalan sampai jauh
meninggalkan pasukan tentara. Seusai melaksanakan hajat, aku hendak langsung
menghampiri unta tungganganku namun saat meraba dada, ternyata kalungku yang
terbuat dari mutiara Zifar putus. Aku pun kembali untuk mencari kalungku
sehingga tertahan karena pencarian itu. Sementara orang-orang yang bertugas
membawaku mereka telah mengangkat sekedup itu dan meletakkannya ke atas
punggung untaku yang biasa aku tunggangi karena mereka mengira aku telah berada
di dalamnya. Ia menambahkan: Kaum wanita pada waktu itu memang bertubuh ringan
dan langsing tidak banyak ditutupi daging karena mereka hanya mengkomsumsi
makanan dalam jumlah sedikit sehingga orang-orang itu tidak merasakan beratnya
sekedup ketika mereka mengangkatnya ke atas unta. Apalagi ketika itu aku anak
perempuan yang masih belia. Mereka pun segera menggerakkan unta itu dan
berangkat. Aku baru menemukan kalung itu setelah pasukan tentara berlalu.
Kemudian aku mendatangi tempat perhentian mereka, namun tak ada seorang pun di
sana. Lalu aku menuju ke tempat yang semula dengan harapan mereka akan merasa
kehilangan dan kembali menjemputku. Ketika aku sedang duduk di tempatku rasa
kantuk mengalahkanku sehingga aku pun tertidur. Ternyata ada Shafwan bin
Muaththal As-Sulami Az-Dzakwani yang tertinggal di belakang pasukan sehingga
baru dapat berangkat pada malam hari dan keesokan paginya ia sampai di
tempatku. Dia melihat bayangan hitam seperti seorang yang sedang tidur lalu ia
mendatangi dan langsung mengenali ketika melihatku karena ia pernah melihatku
sebelum diwajibkan hijab. Aku terbangun oleh ucapannya, "inna lillaahi wa
inna ilaihi raji`uun" pada saat dia mengenaliku. Aku segera menutupi
wajahku dengan kerudung dan demi Allah, dia sama sekali tidak mengajakku bicara
sepatah kata pun dan aku pun tidak mendengar satu kata pun darinya selain
ucapan "inna lillahi wa inna ilaihi raji`uun". Kemudian ia
menderumkan untanya dan memijak kakinya, sehingga aku dapat menaikinya. Dan ia
pun berangkat sambil menuntun unta yang aku tunggangi hingga kami dapat
menyusul pasukan yang sedang berteduh di tengah hari yang sangat panas. Maka
celakalah orang-orang yang telah menuduhku di mana yang paling besar berperan
ialah Abdullah bin Ubay bin Salul. Sampai kami tiba di Madinah dan aku pun
segera menderita sakit setiba di sana selama sebulan. Sementara orang-orang
ramai membicarakan tuduhan para pembuat berita bohong padahal aku sendiri tidak
mengetahui sedikit pun tentang hal itu. Yang membuatku gelisah selama sakit
adalah bahwa aku tidak lagi merasakan kelembutan Rasulullah saw. yang biasanya
kurasakan ketika aku sakit. Rasulullah saw. hanya masuk menemuiku, mengucapkan
salam, kemudian bertanya: Bagaimana keadaanmu? Hal itu membuatku gelisah,
tetapi aku tidak merasakan adanya keburukan, sampai ketika aku keluar setelah
sembuh bersama Ummu Misthah ke tempat pembuangan air besar di mana kami hanya
keluar ke sana pada malam hari sebelum kami membangun tempat membuang kotoran
(WC) di dekat rumah-rumah kami. Kebiasaan kami sama seperti orang-orang Arab dahulu
dalam buang air. Kami merasa terganggu dengan tempat-tempat itu bila berada di
dekat rumah kami. Aku pun berangkat dengan Ummu Misthah, seorang anak perempuan
Abu Ruhum bin Muthalib bin Abdi Manaf dan ibunya adalah putri Shakher bin Amir,
bibi Abu Bakar Sidik. Putranya bernama Misthah bin Utsatsah bin Abbad bin
Muththalib. Aku dan putri Abu Ruhum langsung menuju ke arah rumahku sesudah
selesai buang air. Tiba-tiba Ummu Misthah terpeleset dalam pakaian yang
menutupi tubuhnya sehingga terucaplah dari mulutnya kalimat: Celakalah Misthah!
Aku berkata kepadanya: Alangkah buruknya apa yang kau ucapkan! Apakah engkau
memaki orang yang telah ikut serta dalam perang Badar? Ummu Misthah berkata:
Wahai junjunganku, tidakkah engkau mendengar apa yang dia katakan? Aku
menjawab: Memangnya apa yang dia katakan? Ummu Misthah lalu menceritakan
kepadaku tuduhan para pembuat cerita bohong sehingga penyakitku semakin
bertambah parah. Ketika aku kembali ke rumah, Rasulullah saw. masuk menemuiku,
beliau mengucapkan salam kemudian bertanya: Bagaimana keadaanmu? Aku berkata:
Apakah engkau mengizinkan aku mendatangi kedua orang tuaku? Pada saat itu aku
ingin meyakinkan kabar itu dari kedua orang tuaku. Begitu Rasulullah saw.
memberiku izin, aku pun segera pergi ke rumah orang tuaku. Sesampai di sana,
aku bertanya kepada ibu: Wahai ibuku, apakah yang dikatakan oleh orang-orang
mengenai diriku? Ibu menjawab: Wahai anakku, tenanglah! Demi Allah, jarang
sekali ada wanita cantik yang sangat dicintai suaminya dan mempunyai beberapa madu,
kecuali pasti banyak berita kotor dilontarkan kepadanya. Aku berkata: Maha suci
Allah! Apakah setega itu orang-orang membicarakanku? Aku menangis malam itu
sampai pagi air mataku tidak berhenti mengalir dan aku tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Pada pagi harinya, aku masih saja menangis. Beberapa waktu kemudian
Rasulullah saw. memanggil Ali bin Abu Thalib dan Usamah bin Zaid untuk
membicarakan perceraian dengan istrinya ketika wahyu tidak kunjung turun.
Usamah bin Zaid memberikan pertimbangan kepada Rasulullah saw. sesuai dengan
yang ia ketahui tentang kebersihan istrinya (dari tuduhan) dan berdasarkan
kecintaan dalam dirinya yang ia ketahui terhadap keluarga Nabi saw. Ia berkata:
Ya Rasulullah, mereka adalah keluargamu dan kami tidak mengetahui dari mereka
kecuali kebaikan. Sedangkan Ali bin Abu Thalib berkata: Semoga Allah tidak
menyesakkan hatimu karena perkara ini, banyak wanita selain dia (Aisyah). Jika
engkau bertanya kepada budak perempuan itu (pembantu rumah tangga Aisyah) tentu
dia akan memberimu keterangan yang benar. Lalu Rasulullah saw. memanggil
Barirah (jariyah yang dimaksud) dan bertanya: Hai Barirah! Apakah engkau pernah
melihat sesuatu yang membuatmu ragu tentang Aisyah? Barirah menjawab: Demi Zat
yang telah mengutusmu membawa kebenaran! Tidak ada perkara buruk yang aku lihat
dari dirinya kecuali bahwa Aisyah adalah seorang perempuan yang masih muda
belia, yang biasa tidur di samping adonan roti keluarga lalu datanglah
hewan-hewan ternak memakani adonan itu. Kemudian Rasulullah saw. berdiri di
atas mimbar meminta bukti dari Abdullah bin Ubay bin Salul. Di atas mimbar itu,
Rasulullah saw. bersabda: Wahai kaum muslimin, siapakah yang mau menolongku
dari seorang yang telah sampai hati melukai hati keluarga? Demi Allah! Yang
kuketahui pada keluargaku hanyalah kebaikan. Orang-orang juga telah
menyebut-nyebut seorang lelaki yang kuketahui baik. Dia tidak pernah masuk
menemui keluargaku (istriku) kecuali bersamaku. Maka berdirilah Saad bin Muaz
Al-Anshari seraya berkata: Aku yang akan menolongmu dari orang itu, wahai
Rasulullah. Jika dia dari golongan Aus, aku akan memenggal lehernya dan kalau
dia termasuk saudara kami dari golongan Khazraj, maka engkau dapat
memerintahkanku dan aku akan melaksanakan perintahmu. Mendengar itu, berdirilah
Saad bin Ubadah. Dia adalah pemimpin golongan Khazraj dan seorang lelaki yang
baik tetapi amarahnya bangkit karena rasa fanatik golongan. Dia berkata tertuju
kepada Saad bin Muaz: Engkau salah! Demi Allah, engkau tidak akan membunuhnya
dan tidak akan mampu untuk membunuhnya! Lalu Usaid bin Hudhair saudara sepupu
Saad bin Muaz, berdiri dan berkata kepada Saad bin Ubadah: Engkau salah! Demi
Allah, kami pasti akan membunuhnya! Engkau adalah orang munafik yang berdebat
untuk membela orang-orang munafik. Bangkitlah amarah kedua golongan yaitu Aus
dan Khazraj, sehingga mereka hampir saling berbaku-hantam dan Rasulullah saw.
masih berdiri di atas mimbar terus berusaha meredahkan emosi mereka mereka
hingga mereka diam dan Rasulullah saw. diam. Sementara itu, aku menangis sepanjang
hari, air mataku tidak berhenti mengalir dan aku pun tidak merasa nyenyak dalam
tidur. Aku masih saja menangis pada malam berikutnya, air mataku tidak berhenti
mengalir dan juga tidak merasa enak tidur. Kedua orang tuaku mengira bahwa
tangisku itu akan membelah jantungku. Ketika kedua orang tuaku sedang duduk di
sisiku yang masih menangis, datanglah seorang perempuan Ansar meminta izin
menemuiku. Aku memberinya izin lalu dia pun duduk sambil menangis. Pada saat
kami sedang dalam keadaan demikian, Rasulullah saw. masuk. Beliau memberi
salam, lalu duduk. Beliau belum pernah duduk di dekatku sejak ada tuduhan yang
bukan-bukan kepadaku, padahal sebulan telah berlalu tanpa turun wahyu kepada
beliau mengenai persoalanku. Rasulullah saw. mengucap syahadat pada waktu duduk
kemudian bersabda: Selanjutnya. Hai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku
bermacam tuduhan tentang dirimu. Jika engkau memang bersih, Allah pasti akan
membersihkan dirimu dari tuduhan-tuduhan itu. Tetapi kalau engkau memang telah
berbuat dosa, maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya.
Sebab, bila seorang hamba mengakui dosanya kemudian bertobat, tentu Allah akan
menerima tobatnya. Ketika Rasulullah saw. selesai berbicara, air mataku pun
habis sehingga aku tidak merasakan satu tetespun terjatuh. Lalu aku berkata
kepada ayahku: Jawablah untukku kepada Rasulullah saw. mengenai apa yang beliau
katakan. Ayahku menyahut: Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan
kepada Rasulullah saw. Kemudian aku berkata kepada ibuku: Jawablah untukku
kepada Rasulullah saw.! Ibuku juga berkata: Demi Allah, aku tidak tahu apa yang
harus kukatakan kepada Rasulullah saw. Maka aku pun berkata: Aku adalah seorang
perempuan yang masih muda belia. Aku tidak banyak membaca Alquran. Demi Allah,
aku tahu bahwa kalian telah mendengar semua ini, hingga masuk ke hati kalian,
bahkan kalian mempercayainya. Jika aku katakan kepada kalian, bahwa aku bersih
dan Allah pun tahu bahwa aku bersih, mungkin kalian tidak juga mempercayaiku.
Dan jika aku mengakui hal itu di hadapan kalian, sedangkan Allah mengetahui
bahwa aku bersih, tentu kalian akan mempercayaiku. Demi Allah, aku tidak
menemukan perumpamaan yang tepat bagiku dan bagi kalian, kecuali sebagaimana
dikatakan ayah Nabi Yusuf: Kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah
sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.
Kemudian aku pindah dan berbaring di tempat tidurku. Demi Allah, pada saat itu
aku yakin diriku bersih dan Allah akan menunjukkan kebersihanku. Tetapi, sungguh
aku tidak berharap akan diturunkan wahyu tentang persoalanku. Aku kira
persoalanku terlalu remeh untuk dibicarakan Allah Taala dengan wahyu yang
diturunkan. Namun, aku berharap Rasulullah saw. akan bermimpi bahwa Allah
membersihkan diriku dari fitnah
itu. Rasulullah saw. belum lagi meninggalkan tempat duduknya dan tak seorang
pun dari isi rumah ada yang keluar, ketika Allah Taala menurunkan wahyu kepada
Nabi-Nya. Tampak Rasulullah saw. merasa kepayahan seperti biasanya bila beliau
menerima wahyu, hingga bertetesan keringat beliau bagaikan mutiara di musim
dingin, karena beratnya firman yang diturunkan kepada beliau. Ketika keadaan
yang demikian telah hilang dari Rasulullah saw. (wahyu telah selesai turun),
maka sambil tertawa perkataan yang pertama kali beliau ucapkan adalah:
Bergembiralah, wahai Aisyah, sesungguhnya Allah telah membersihkan dirimu dari
tuduhan. Lalu ibuku berkata kepadaku: Bangunlah! Sambutlah beliau! Aku
menjawab: Demi Allah, aku tidak akan bangun menyambut beliau. Aku hanya akan memuji
syukur kepada Allah. Dialah yang telah menurunkan ayat Alquran yang menyatakan
kebersihanku. Allah Taala menurunkan ayat: Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golonganmu juga, dan sepuluh ayat
berikutnya. Allah menurunkan ayat-ayat tersebut yang menyatakan kebersihanku.
Abu Bakar yang semula selalu memberikan nafkah kepada Misthah karena
kekerabatan dan kemiskinannya, pada saat itu mengatakan: Demi Allah, aku tidak
akan lagi memberikan nafkah kepadanya sedikitpun selamanya, sesudah apa yang
dia katakan terhadap Aisyah. Sebagai teguran atas ucapan itu, Allah menurunkan
ayat selanjutnya ayat: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kalian, bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada
kaum kerabat mereka, orang-orang miskin sampai pada firman-Nya: Apakah kalian
tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian. (Hibban bin Musa berkata: Abdullah
bin Mubarak berkata: Ini adalah ayat yang paling aku harapkan dalam Kitab
Allah). Maka berkatalah Abu Bakar: Demi Allah, tentu saja aku sangat
menginginkan ampunan Allah. Selanjutnya dia (Abu Bakar) kembali memberikan
nafkah kepada Misthah seperti sediakala dan berkata: Aku tidak akan berhenti
memberikannya nafkah untuk selamanya. Aisyah meneruskan: Rasulullah saw. pernah
bertanya kepada Zainab binti Jahsy, istri Nabi saw. tentang persoalanku: Apa
yang kamu ketahui? Atau apa pendapatmu? Zainab menjawab: Wahai Rasulullah, aku
selalu menjaga pendengaran dan penglihatanku (dari hal-hal yang tidak layak).
Demi Allah, yang kuketahui hanyalah kebaikan. Aisyah berkata: Padahal dialah
yang menyaingi kecantikanku dari antara para istri Nabi saw. Allah
menganugerahinya dengan sikap warak (menjauhkan diri dari maksiat dan perkara
meragukan) lalu mulailah saudara perempuannya, yaitu Hamnah binti Jahsy,
membelanya dengan rasa fanatik (yakni ikut menyebarkan apa yang dikatakan oleh
pembuat cerita bohong). Maka celakalah ia bersama orang-orang yang celaka.”
(Shahih Muslim No.4974).
Dari kisah di atas dapat
disimpulkan. Bahwa menyebarkan berita-berita bohong(seperti berita-berita yang
terkadang ditambahi “bumbu-bumbu cerita” oleh producer acara E-news) itu adalah
dosa. Dan membelanya adalah termasuk golongan orang-orang yang celaka.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
E-News itu adalah haram(berdosa), dan siapapun yang terlibat termasuk golongan
orang-orang yang celaka.
Namun kenapa masih ada acara
E-News di TV-TV? Menurut saya mungkin karena trend globalisasi di era serba
modern ini. Ya, karena banyaknya budaya asing yang masuk ke negara Indonesia.
Kebanyakan adalah budaya non-Islam yang negatif.
Lalu, apakah bisa acara
E-News di nonaktifkan/di tiadakan? Itu tergantung pemerintah dan UU yang
berlaku. Sudah banyak opsi dan pendapat yang mengatakan bahwa E-News itu tidak
mendidik bahkan mengajari ‘hal negatif’ kepada masyarakat. Semoga ke depannya,
masyarakat bisa tahu bahwa E-News memang harus di cekal dan di tiadakan dari
TV-TV nasional maupun lokal lainnya.
(Dilarang Mencopas tanpa seijin dan tanpa menyertai asal sumber artikel tersebut. Hak Cipta dilindungi oleh UU dan Allah SWT) ttd CTN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan Komentar, Saran, Kritik, Masukan atas Artikel diatas. ^_^
Dimohon untuk tidak mengunakan akun anonim.
No Spam please!
Assalamualaikum