Seorang yang cerdk pandai, sebut saja namanya Abu Panas, di sebuah negeri yang alamnya kaya raya, diminta memberikan ceramah di hadapan pejabat negara. Semua sudah tahu bahwa pejabat negara tersebut suka memeras rakyat kecil dengan berbagai pungutan wajib, mengkorupsi uang negara dan upeti-upeti terselubung. Pungutan akan semakin menggila jika rakyat memerlukan wewenang untuk
menyelesaikan suatu urusan. Yng lebih parah, semua proyek selalu dibuat tinggi angkanya meskipun hanya membangun tempat buang hajat.
Dalam ceramahnya, Abu Panas bertutur :
“Pada suatu ketika beberapa Negara mengadakan
pertandingan untuk membuktikan siapa negara paling digdaya di dunia. Yang ikut
bertanding adalah wakil-wakil dari Negara Hitam, Putih, merah, Kuning dan juga
Negara kita. Pertandingannya tidak terlalu sulit dan luarb biasa. Hanya memeras
handuk basah. Siapa yang berhasil mengocorkan air paling banyak dari handuk
yang basah yang hampir kering. Dialah yang menang.”
“Majulah peserta dari Negara hitam yang terkenal
kuat-kuat. Ia mengangkat handuk itu lalu memerasnya sekuat tenaga.
Hyiaaaa....” teriak peserta Negara Hitam.
Tes... tes... tes,,,
Hanya beberapa tetes air, yang keluar.
“Sekarang giliran peserta dari Negara putih yang
sangat terkenal dengan kepandaian dan kekuatannya. Sambil mengambil
ancang-ancang, dia bersiap dan.....
Huuupppphhhh...
Ternyata air yang keluar dari handuk juga hanya
sedikit.
“Orang Negara merah yang tersohot sombongpun demikian
kesudahannya. Walaupun ia sudah nungging dan bergelimpangan di tanah sampai
berkeringat, handuk itu Cuma mengeluarkan beberapa titik air.
Tibalah saatnya peserta dari Negara Kuning yang
bangsanya menguasai dua pertiga dunia dengan kecerdikannya dan kekuatannya.
Memang, Orang negara kuning boleh saja merajalela di jalan-jalan, di
pasar-pasar dan di istana orang berpangkat. Namun ketika memeras handuk yang
setengah kering itu, air yang mengucur juga tidak banyak. Hanya beberapa ciprat
saja.
“Maka majulah wakil Negara kita. Orangnya kecil,
kerempeng dan pucat pasi, hingga para wakil Negara lainnya mencibirkan bibir
sambil berteriak.
“Huuuuuu.... Hwahwahwahwa......” Penonton mengejek
peserta Negara kita.
“Mana mungkin orang sekurus itu bisa menandingi
mereka?” teriak salah satu penonton sangat keras.
“Tetapi, sungguh mencengangkan. Saat mengangkat
handuk basah itu, wakil Negara kita sudah sangat kwalahan. Namun, apa yang
terjadi? Air yang keluar banyak sekali, sampai timbul banjir dimana-mana.”
“Dengan takjub lawan-lawannya bertanya serempak,
“Sangat mengherankan. Bagaimanakah Tuan yang kecil dan kurus dapat memeras
handuk itu sampai airnya melimpah ruah?
“Sambil membusungkan dada, wakil dari Negara kita itu menjawab, “Wahai tuan-tuan. Tentu saja takkan bisa menandingi saya dalam pertandingan memeras handuk ini. Sebab di negeri saya, soal peras memeras memang merupakan kebiasaan sehari-hari, dimana-mana?”
“Sambil membusungkan dada, wakil dari Negara kita itu menjawab, “Wahai tuan-tuan. Tentu saja takkan bisa menandingi saya dalam pertandingan memeras handuk ini. Sebab di negeri saya, soal peras memeras memang merupakan kebiasaan sehari-hari, dimana-mana?”
Mendengar ceramah Abu Panas tersebut, para pejabat
negar ayang sering melakukan pemerasan dan korupsi itu tertunduk. Mereka merasa
malu dan berjanji takkan mengulangi perbuatan buruk itu lagi.
(Dilarang Mencopas tanpa seijin dan tanpa menyertai asal sumber artikel tersebut. Hak Cipta dilindungi oleh UU dan Allah SWT)
ttd
CTN
Wah sebuah pelajaran yang perlu dan harus di baca oleh para wakil rakyat nih, tapi apakah masih mempan ya dengan mata buta karena ketutup duit, kuping tuli ketutup duit, lidah kelu keselek duit, hidung mampet karena duitnya nyangkut, semoga, terimakasih dan salam kenal
BalasHapus